Bahaya Sifat Egois

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Egois adalah sikap atau perilaku yang mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan atau perasaan orang lain. Orang yang egois cenderung hanya peduli pada kebutuhan, keinginan, dan keuntungan pribadi, bahkan jika itu berarti mengabaikan atau merugikan orang lain.

Egois yang berlebihan dapat memiliki dampak yang merugikan dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bahaya utama dari sifat egois yang tidak terkendali.

Pertama, hubungan sosial yang terganggu. Ego yang tinggi dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang empati dan kurang peka terhadap perasaan orang lain. Hal ini dapat merusak hubungan pribadi dan profesional.

Kedua, kesulitan menerima kritik. Orang yang egonya besar cenderung sulit menerima kritik atau saran. Mereka mungkin merasa selalu benar dan tidak membutuhkan pandangan orang lain, yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Ketiga, pengambilan keputusan yang buruk. Ego dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang rasional. Ketika seseorang terlalu percaya diri, mereka mungkin mengambil risiko yang tidak perlu atau mengabaikan nasihat yang bijaksana.

Keempat, isolasi diri. Ego yang tinggi dapat membuat seseorang merasa superior dan menghindari interaksi dengan orang-orang yang dianggap tidak selevel. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Kelima, stres dan ketidakbahagiaan. Menjaga ego yang besar bisa sangat melelahkan dan stres. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan kekecewaan dan ketidakbahagiaan.

Keenam, kurangnya pertumbuhan pribadi: Ego yang besar bisa menghalangi pembelajaran dan perkembangan pribadi. Seseorang mungkin merasa sudah tahu segalanya dan tidak terbuka untuk pengalaman baru atau pengetahuan baru.

Mengendalikan ego adalah kunci untuk mencapai keseimbangan dalam hidup. Hal ini melibatkan introspeksi, kerendahan hati, dan keterbukaan terhadap kritik serta masukan dari orang lain.

Faktor Penyebab  Egois

Egoisme bisa muncul akibat beberapa faktor antara lain seperti berikut ini. Pertama, Kurang Empati.  Tidak peduli atau tidak memperhatikan perasaan, kebutuhan, atau penderitaan orang lain. Ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk merasakan atau memahami perasaan dan pengalaman orang lain dapat membuat seseorang kurang peduli terhadap mereka.

Kedua, Self-Centered. Memusatkan perhatian pada diri sendiri dan sering kali menganggap diri sendiri lebih penting atau lebih baik daripada orang lain. Ketiga, Kurangnya Kesadaran akan Orang Lain. Seseorang mungkin tidak menyadari atau tidak memahami bahwa sikap dan tindakannya bisa merugikan atau mengabaikan kepentingan orang lain.

Keempat, Ketidakmatangan Emosional. Beberapa orang mungkin belum berkembang secara emosional atau belum mampu mengendalikan dorongan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi mereka. Kelima, Ketidakamanan Diri yang Berlebihan. Orang yang tidak merasa aman dengan diri mereka sendiri mungkin mencoba mengkompensasi dengan memprioritaskan kepentingan dan keinginan mereka sendiri untuk merasa lebih kuat atau lebih berarti.

Keenam, Kegagalan dalam Mengelola Konflik. Orang yang tidak mampu atau tidak mau berkomunikasi dengan baik atau menyelesaikan konflik dengan cara yang memperhatikan kebutuhan semua pihak mungkin cenderung menjadi egois dalam mempertahankan posisi atau keinginan mereka.

Ketujuh, Pendidikan dan Nilai Keluarga. Nilai-nilai yang diajarkan dan diterapkan di keluarga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memperlakukan orang lain. Jika seseorang dibesarkan dengan nilai-nilai seperti mengutamakan diri sendiri dan tidak memperhatikan orang lain, mereka mungkin cenderung menjadi egois.

Kedelapan, Mementingkan Kepentingan Pribadi. Membuat keputusan dan bertindak berdasarkan apa yang terbaik untuk diri sendiri, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada orang lain. Kesembilan, Kebiasaan atau Lingkungan Sosial. Lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi perilaku mereka. Misalnya, jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang mendorong individualisme dan persaingan tanpa batas, mereka mungkin lebih cenderung untuk menjadi egois. Kesepuluh, Kurang Rasa Syukur. Mengambil keuntungan dari orang lain atau situasi tanpa mengakui bantuan atau kontribusi mereka.

Memahami faktor-faktor di atas dapat membantu seseorang untuk mengenali perilaku egois dalam diri mereka sendiri atau orang lain, dan bekerja menuju sikap yang lebih empatik dan peduli terhadap kepentingan orang lain.

Dalam konteks budaya dan agama, egoisme sering dipandang negatif karena bertentangan dengan nilai-nilai kebersamaan, saling membantu, dan empati. Mengembangkan sikap rendah hati dan peduli terhadap orang lain adalah cara untuk mengatasi egoisme dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan penuh kasih sayang.

Dalil Bahaya Egoisme

Dalam Islam, baik Al-Qur’an maupun Hadis menekankan pentingnya kerendahan hati dan memperingatkan tentang bahaya egoisme. Berikut adalah beberapa dalil dari Al-Qur’an dan Hadis yang membahas tentang bahaya egoisme.

Dalil dari Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah ayat 206,

وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُه جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ

“Dan bila dikatakan kepadanya: Bertakwalah kepada Allah,’ bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka cukuplah (balasan baginya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.”

Ayat ini menekankan bahwa kesombongan dan penolakan terhadap nasihat untuk bertakwa kepada Allah adalah perilaku yang berbahaya dan dapat mengarah ke neraka.

Surat Al-A’raf ayat 146,

سَاَصْرِفُ عَنْ اٰيٰتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ وَاِنْ يَّرَوْا كُلَّ اٰيَةٍ لَّا يُؤْمِنُوْا بِهَاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya. Tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.”

Ayat ini menggarisbawahi bahwa orang yang sombong akan dijauhkan dari petunjuk Allah dan akan terus berada dalam kesesatan.

Surat Al-Hujurat ayat 11,

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar-gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Ayat ini mengingatkan bahwa mengolok-olok dan merendahkan orang lain adalah tanda kesombongan dan perilaku yang tidak dibenarkan dalam Islam.

Dalil dari Hadis

Pertama, hadis Riwayat Muslim, Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.” Seseorang berkata: “Sesungguhnya seseorang itu menyukai jika baju dan sandalnya bagus.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” Hadis ini menegaskan bahwa kesombongan, yang ditunjukkan dengan menolak kebenaran dan merendahkan orang lain, adalah dosa besar yang menghalangi seseorang dari masuk surga.

Kedua, hadis Riwayat Abu Dawud, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang merendahkan seorang muslim maka Allah akan merendahkannya di hadapan makhluk-Nya.” Hadis ini mengajarkan bahwa merendahkan orang lain akan berakibat pada kehinaan bagi diri sendiri di hadapan Allah dan manusia.

Dengan memahami dan merenungkan dalil-dalil ini, seorang Muslim diharapkan dapat menghindari perilaku sombong dan egois serta mengembangkan sikap rendah hati dan menerima kebenaran serta nasihat dengan hati terbuka.

Bahaya Egois

Egois yang berlebihan dapat memiliki dampak yang merugikan dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bahaya utama dari ego yang tidak terkendali:

Pertama, Hubungan Sosial yang Terganggu. Ego yang tinggi dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang empati dan kurang peka terhadap perasaan orang lain. Hal ini dapat merusak hubungan pribadi dan profesional.

Kedua, Kesulitan Menerima Kritik. Orang yang egonya besar cenderung sulit menerima kritik atau saran. Mereka mungkin merasa selalu benar dan tidak membutuhkan pandangan orang lain, yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Ketiga, Pengambilan Keputusan yang Buruk. Ego dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang rasional. Ketika seseorang terlalu percaya diri, mereka mungkin mengambil risiko yang tidak perlu atau mengabaikan nasihat yang bijaksana.

Keempat, Isolasi Diri. Ego yang tinggi dapat membuat seseorang merasa superior dan menghindari interaksi dengan orang-orang yang dianggap tidak selevel. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Kelima, Stres dan Ketidakbahagiaan. Menjaga ego yang besar bisa sangat melelahkan dan stres. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan kekecewaan dan ketidakbahagiaan.

Keenam, Kurangnya Pertumbuhan Pribadi. Ego yang besar bisa menghalangi pembelajaran dan perkembangan pribadi. Seseorang mungkin merasa sudah tahu segalanya dan tidak terbuka untuk pengalaman baru atau pengetahuan baru.

Mengendalikan ego adalah kunci untuk mencapai keseimbangan dalam hidup. Hal ini melibatkan introspeksi, kerendahan hati, dan keterbukaan terhadap kritik serta masukan dari orang lain.[]

Mi’raj News Agency (MINA)